Chapter 1 Tinggal Seatap dengan Guru Perempuanku
Pada moment ini akawebkun akan mempersembahkan Chapter 1 Tinggal Seatap dengan Guru Perempuanku
saran artikel : mau membaca chapter sebelumnya. silahkan di klik
saran artikel : mau membaca chapter sebelumnya. silahkan di klik
---
Didalam sebuah ruangan konseling SMA,
seorang guru perempuan muda menundukkan kepalanya dihadapan seorang perempuan
yang berumur sekitar 30-an. Ketegangan, kecemasan, dan ketakutan nampak jelas
di wajahnya. Karena masa depannya sedang dipertaruhkan saat ini, pada detik ini
juga.
"Apa anda tidak sadar perbuatan
anda!" Bentak guru konseling tesebut yang benar-benar marah. Ketegangan
membuatnya tidak bisa mengeluarkan sepatah katapun dari mulutnya.
"Apa anda tidak sadar posisi anda!
Anda adalah guru disini!" bentaknya yang kali ini ditujukan pada guru
perempuan yang menundukkan kepalanya sedalam mungkin. "Sadarilah posisi
Anda sebagai guru! Apa anda tidak ingat saat membaca aturan dan kode etik guru,
yang menyatakan bahwa hubungan antara siswa dan guru itu jelas-jelas dilarang.
Pelanggaran fatal ini bisa mengeluarkan anda dari sini!” lanjutnya
“........”
tekanan disini benar-benar membuatnya terdiam membisu.
“Astaga! parah!
Anda benar-benar parah bu *^&%!@#&! Jika hal seperti ini dibudidayakan
dan tidak segera di basmi, apa yang akan terjadi pada generasi masa depan kita
nanti! Apa yang akan terjadi pada pendidikan di indonesia nanti! Lalu mau
ditaruh mana wajah guru, jika semua guru berprilaku seperti anda! Guru pasti
tidak akan lagi dihormati oleh para siswa! Jika seperti itu bagaimana kita bisa
mencerdaskan bangsa!” bentak guru konseling itu dengan tatapan yang benar-benar
marah. Hal ini semakin membuat suasana semakin tegang. Bahkan untuk bernafas
saja sangat sulit.
“lalu apa anda
tidak pernah berpikir bagaimana jika hal ini diketahui oleh orang luar. Anda
seharusnya tahu apa yang akan terjadi pada @#$@#$, bukan. Dia pasti akan
menjadi buar bibir orang-orang dan dan akan membuatnya terkucilkan dari
pergaulan! Jika anda memang menyayanginya, harusnya ada sadar konsekuensi yang
harus ia terima! Di lain sisi, anda pasti juga akan menjadi buah bibir. dan
tidak perlu di bilang lagi, cepat atau lambat anda pasti akan dipecat! Bahkan
sekolah lain akan memikirkan beribu-ribu kali untuk menerima anda bekerja pada
institusi pendidikan mereka! Apa anda tidak pernah memikirkan konsekuensi
tersebut! Jika anda masih tidak dapat berpikir jernih, apa anda tidak kasihan
dengan @#$@#$. Karena ulah keegoisan anda, @#$@#$ harus menerima konsesuensi
yang harusnya tidak ia terima!”
“..........aku
tahu hal itu. aku benar-benar tahu hal itu,” dalam benak guru perempuan yang
penuh dengan perasaan sedih. Matanya sudhah berkaca-kaca dan air matanya sudah
hampir tidak bisa dibendung lagi.
“Tapi dari semua
itu, sebagai guru pembimbing konseling sekolah ini. saya harus mengutamakan
kepentingan sekolah. anda tahu bukan, apa yang akan terjadi dengan reputasi
sekolah ini jika hal ini sampai tersebar,” ucap pembimbing konseling itu yang
masih dengan nada tinggi.
Sang guru perempuan mengepalkan tangannya
dan membulatkan seluruh tekadnya, untuk memilih sebuah keputusan yang
benar-benar berat. “saya tahu itu,” tetasan air mata membasahi
pipinya,”........Biarkan saya yang pergi dari sekolah ini. saya berjanji akan
me-memutuskan hubungan denganya,”isak tangisnya semakin keras. “Tapi saya
mohon....saya mohon biarkan @#$@#$ tetap bersekolah disini. dan tolong jangan
sebarkan rumor ini keluar, karena saya tidak ingin masa depannya sampai rusak,”
lanjut guru perempuan itu. kerah bajunya benar-benar basah karena tangisan air
matanya yang tidak bisa berhenti untuk mengalir. Perasaan sedih memenuhi
hatinya. Dia tahu itu adalah keputusan yang benar-benar berat, terlepas dari
fakta bahwa menjadi guru adalah cita-citanya yang selama ini dia inginkan. Tapi
dia lebih tidak rela jika sampai harus merusak masa depan dari orang yang ia
sayang hanya demi keegoisannya.
***
Didepan ku sudah nampak rumah yang akan
kutinggali selama 3 tahun ke depan. Tidak terasa waktu SMP ku telah habis
dengan cepat, begitu juga dengan liburan kenaikan kelasku yang hanya tinggal
menghitung hari lagi. Saat ini aku memutuskan untuk melanjutkan ke salah satu
SMA ternama di Indonesia, yaitu SMA del&pan Bandung. Mau tidak mau aku harus
nge-kost, karena aku tidak memiliki sanak saudara di kota Bandung. Namun, orang
tuaku menyuruhku untuk tinggal dirumah salah satu sahabat mereka. Katanya biar
bisa ada yang ngontrol masalah makan dan kesehatan. Aku sih tidak terlalu
mempermasalahkan hal tersebut....
Aku memasuki halaman mereka, dan Belum
sempat aku mengetok pintu rumahnya, namun seorang perempuan berkulit seputih
mutiara dengan rambut hitam pekat yang digerai lurus kebawah sepanjang bahu
agak kebawah sedikit, tiba tiba membuka pintu tersebut. "Om arya, Tante
Diana,"ucap perempuan itu dengan lembut. Aku tidak tahu siapa dia, dan aku
juga tidak tahu ini rumah siapa.
"Vin,"balas ibuku sambil mengelus
rambutnya dengan lembut,"waah..udah besar ya."
Tidak lama kemudian sepasang suami-istri
keluar dari rumah itu, dan nampaknya mereka adalah orang tua dari perempuan
ini, sekaligus pemilik rumah ini. Setelah bertemu dengan orang tua ku, mereka
langsung bercanda dengan lepas. Aku tidak begitu bisa mengikuti pembicaraan
mereka semua, jadi aku hanya menjawab dengan jawaban seadanya saja jika mereka
berbicara padaku. Setelah itu kami dipersilahkan masuk. Kami membicarakan
banyak hal, salah satunya adalah membicarakan kepindahkanku ke rumah ini. Dari
perbincangan itu, ternyata perempuan yang tadi membuka pintu adalah anak
mereka. Namanya Vina, dan dia seumuran ku. Dan yang membuatku sedikit kaget
ternyata dia akan berskolah di SMA yang sama denganku. Karena hal itu, aku bisa
sedikit bernafas lega, karena aku bakal langsung memiliki teman ngobrol di
sekolah itu. Meski sebenarnya aku dan vina belum berteman secara resmi sih
Setelah saling berbincang-bicang da meminta
izin, orang tuaku pun pulang. "Vin, antarkan Fandi ke kamarnya gih.
Sekalian suruh istirahat juga, pasti capek dia habis perjalanan jauh dari Jogja
ke Bandung," ucap Tante maya. Dia adalah ibu Vina.
Vina mengangguk untuk menjawab perkataan
ibunya. Lalu dia berdiri dan mendekat kepadaku, "Yuk,"ucapnya dengan
lembut dan tersenyum sambil mengangkat salah satu tasku.
"Ehh?!! Vin! Biar aku aja, soalnya itu
berat," ucapku sambil Tanganku langsung mengambil kembali tasku darinya.
tentu saja aku sungkan mendapat bantuan darinya. Masak iya seorang cewek
membantu membawakan tas seorang cowok. Dilain sisi aku gak pingin ngerepotinya,
karena tas ini lumayan berat.
"Santai aja,"balasnya singkat.
Dia mengambil kembali tasku dan langsung pergi naik ke lantai 2 tanpa menunggu
jawaban ku. Akupun terpaksa mengikutinya. Setelah kami memasuki kamar, dia
langsung membantuku membereskan barang-barangku juga. Sebenarnya aku sudah
melarangnya, tapi dia menolak perkataanku. Jadi aku lagi-lagi terpaksa
membiarkan vina membantuku.
Tidak terasa Jam sudah menunjukkan pukul
7.30 malam. Tante Maya menyuruhku untuk turun dan ikut makan malam bersama.
kebanyakan obrolan malam ini membicarakan ku, layaknya aku di interogasi oleh
mereka semua. ........tidak-tidak, tentu saja barusan itu bercanda. Aku cukup
senang karena mereka mengajakku bicara, karena jujur aku masih bingung
bagaimana harus memulai percakapan dengan mereka.
"Fan, kamu besok pagi ada
acara?"tanya om anton. Dia adalah ayah vina.
Sebenarnya dari tadi aku bingung, mau
lakuin apa besok pagi. Tapi setelah om anton bertanya aku langsung mendapatkan
ide. "Kayaknya aku mau jogging ngelilingi perumahan ini, om. Sekalian
hafalin jalan,"jawabku sambil tertawa. Bisa dibilang jogging ini sudah jadi
rutinitasku setiap hari. karena aku harus melatih fisikku sebagai atlet karate.
"Nah bagus! Laki-laki memang harus
sering olahraga, gak boleh diam dirumah aja. Denger itu daf,"sindir om
anton ke anak laki-laki disebalahku, daffa.Dia adalah adiknya vina, dan dia
baru kelas 1 smp.
"Hmph!"sahutnya singkat sambil
melanjutkan makan. "Kalau olahraga terus kapan aku istirahatnya. Aku kan
disekolah sudah ikut 2 ekskul olahraga, yah!"bantahnya.
"Udah, ah! Jangan mulai debat waktu
makan, daf! Jadi gak selera tahu!"ujar vina yang berada di samping Daffa.
Daffa pun diam dan melanjutkan makannya dengan wajah radak jengkel. "Emang
besok pagi mau jogging jam berapa, fan?"tanya vina yang kali ini padaku.
"Mungkin jam 5an. Emang
kenapa?"tanyau.
"Jam 5.30 aja ya,"jawab vina
singkat.
"Hah?!! Emang ada apa?" Tanyau
kebingungan. Emang ada apa? apa ada acara keluarga yang harus aku ikuti ya?
"Sekalian Jogging bareng aja. Soalnya
Kalau liburan, aku biasanya jogging jam segitu,"jawabnya dengan nada datar
sambil menyuap nasi ke mulutnya.
"O-ooke,"jawabku sedikit
pantah-patah. karena aku kaget dan tidak pernah menyangka bahwa dia akan
mengajakku untuk jogging bersama.
"Sekalian jagain anak buta wilayah.
Sapa tahu nanti ada anak yang tersesat, kan nanti malah sini yang
repot,"ledek vina dengan nada usil sambil tertawa dan melihatku.
"Biarin, sekali-kali gak papa lah jadi
anak kecil. Sekalian mau manfaatin mbak-mbaknya biar jadi tour guide
pribadi,"balasku sambil tertawa.
"Tapi bayarnya mahal lho. Emang
sanggup, maaas,"sahutnya masih sambil dengan tertawa
"Waduh, bukan sanggup lagi. Tapi
sangat-sangat sanggup. Nih, uang di dompet udah teriak-teriak untuk minta ganti
tuan,"jawabku tertawa.
***
Chapter 1 Tinggal Seatap dengan Guru Perempuanku adalah salah satu dari rentetan chapter web novel ini.
***
Langit masih berwarna biru agak gelap,
dengan sang rembulan yang masih mengambang di pojokan horizon langit. Udara
dingin dan embun masih mengelilingi halaman depan rumah. Aku melakukan
pemanasan sambil menunggu vina keluar dari rumah. dan Alasan dia tidak jogging
jam 5 pagi, itu karena dia masih melakukan ritual kaum perempuan, yaitu dandan.
Aku sih tidak begitu mempermasalahkan hal tersebut.
-Deeb...terdengar Suara sepatu terjatuh
dari belakangku. Aku menoleh dan ternyata vina sudah keluar rumah dan lagi
memasang sepatu. "Yuk, keburu siang nanti, lhoooo"ucap vina dengan
nada sedikit memerintah sambil berdiri.
Lah emang ini gara-gara siapa kalau bukan
dia? Pikirku sambil tertawa "yuk,"balasku sambil tersenyum.
Aku melihatnya, dan ternyata Rambutnya kali
ini dikuncir satu, atau yang biasa disebut dengan ponytail. Sehingga ini
membuat kulit putih di pundak dan lehernya terlihat sangat jelas. Kulitnya
benar benar putih seperti mutiara.
Kami pun langsung jogging mengelilingi
perumahan ini. Perumahan ini disebut sebagai perumahan cendana. Orang yang
tinggal disini bukan orang yang memiliki perekonomian standart atau rata-rata
melainkan keluarga yang memiliki perekonomian menengah keatas. Maka itu,
perumahan ini bisa disebut sebagai perumahan semi-elite. Maka itu pengamanan
wilayah disini sangat baik sekali, contohnya adalah perumahan ini dibuat dengan
hanya satu pintu keluar masuk dan dijaga dengan post satpam juga. Jadi
kemungkinan terjadinya pencurian atau hal-hal yang tidak diinginkan sangat
kecil. Makanya rumah-rumah disini tidak ada yang diberi pagar, karena mereka
sudah percaya dengan keamanan disini.
Lalu yang dari tadi membuatku sedikit
takjub adalah dengan pemandangan dan tata letak ruang disini. Mungkin karena
ini adalah perumahan semi-elite, makanya mereka memiliki berbagai fasilitas
publik yang lengkap. Salah satunya adalah taman dan lapangan. Lapangannya cukup
luas untuk bisa memainkan 4 olaharaga sekaligus, dan dipinggirnya terdapat
lintasan lari jika ingin jogging. Namun aku dan vina tidak jogging di lapangan,
karena dia mau menunjukkan lingkungan sekitar sini padaku. Dia benar-benar
orang yang baik. padahal kita baru kenal, tapi dia rela sampai menemaniku
jogging hanya demi membantuku agar bisa kenal dengan lingkungan disini.
"Eheem," terdengar suara batuk
yang dibuat buat dari belakangku.
Aku menoleh dan ternyata ada seorang
laki-laki seumuran om anton tapi agak muda sedikit. "Kayak ada orang yang
ngomong ya, fan,"ujar vina dengan nada datar sambil meneruskan jogging
tanpa menoleh ke laki-laki itu. Meski aku yakin dia sebenarnya sadar jika ada
orang di belakang kita.
Aku bingung harus bereaksi apa. Karena jika
aku menuruti vina, aku akan tidak sopan pada laki-laki tersebut. Aku takutnya
dia adalah orang penting di perumahan ini. "Duuhh, kakak adek sama aja.
Sama-sama dingin,"keluh laki-laki itu. Kakak? Adek? Ya kakaknya adalah
vina, dan adeknya adalah Daffa. Itulah yang bisa kupikirkan.
"lagi gak ada kerjaan ya,
om,"keluh vina sambil memelankan larinya.
"Ada kok. Ngusilin orang-orang
perumahan,"jawabnya dengan tertawa. " Pacar baru vin?" tanyanya
lanjut sambil menolehku.
"Hah?!! Pacar? Dari mananya coba?”
ucap vina dengan nada tinggai, “Kayaknya setiap kali aku jogging sama anak
cowok, pasti dibilang pacar. Ya mana mungkinlah aku pacaran sama semua cowok
yang jogging bareng aku!"keluh vina.
"Ya kan gak ada salahnya. Selagi muda
kita harus memperbanyak pengalaman,"balasnya sambil tertawa.
Vina seketika langsung memasang wajah
jijik. "Oke. Habis ini aku mau ngajarin Rini kayak gitu,"jawab Vina.
Laki-laki itu tertawa sambil memasang
ekspresi kalah. "Canda-canda, serius amat sih," ucapnya sambil tertawa.
Kalau aku disuruh menebak, mungkin Rini itu adalah anak dari laki-laki ini.
"Ya salahnya siapa tanya yang
aneh-aneh,"gerutu vina. "Dia itu temennya ayah dan ibu akan tinggal
di rumahku selama 3 tahun kedepan,"lanjut vina sambil melirikku.
Aku langsung melanjutkan perkataan vina,
karena sudah saatnya aku memperkenalkan diriku. "Pekernalkan om,
fandi," sambil memgulurkan tanganku padanya.
Dia mengangguk-anggukkan kepalanya sambil
tersenyum dan menjabat balik tanganku. "Ooo...begitu, perkenalkan saya satpam
disini. Panggil aja om ivan, biar lebih akrab. Dan juga kalau butuh penunjuk
arah, mau tanya jalan, atau terjadi sesuatu di perumahan ini langsung bilang ke
om aja, om bantu,"ucapnya.
"Oke om,"jawabku singkat sambil
tersenyum balik
Setelah beberapa putaran mengelilingi
double way perumahan, Om Ivan memisahkan diri dari kami. Karena jadwal shift
kerjanya akan dimulai. Sedangkan aku dan vina masih lanjut, karena ini masih
jam 6.30 pagi, meskipun sebenarnya sinar matahari sudah bersinar cukup terang.
"Mau makan dirumah atau
diluar?"tanya vina sambil jogging.
"Hah? gw sih ngikut aja,"jawabku
spontan.
"Ngikut terus mas,"ledek vina.
Karena mendengar jawabanku yang dari tadi seperti itu saat diberi pilihan
olehnya.
"Mau gimana lagi, aku kan serba
bingung disini,"jawabku.
"Ya jawab aja sesuai yang lu mau. gw
sih bebas,"balas vina.
"Yaudah deh puasa aja," ucapku
sambil tertawa.
"Nj^^rr, salah ya gw tanya
lu,"jawab vina dengan nada menyesal karena sudah bertanya padaku, sambil
dia sedikit tertawa. "Kalau gitu, makan di kaki lima luar perumahan ini
aja, ya. Deket kok jaraknya. Tempatnya juga rame karena makanannya enak-enak
dan murah juga," lanjut vina.
"Bukannya ibu lu sudah masak ya? Aku
nanti jadi gak enak ke ibumu?"balasku.
"Santai aja. Ibu gw belum masak kok.
Kalau liburan begini masak nya sekitar jam 7an, Kecuali kalau kakak udah
datang,"jawabnya. Vina lalu mengeluarkan hape di sakunya,"ini mau gw
telpon juga, biar gak usah masak terlalu banyak-banyak soalnya kita makan
diluar,"lanjutnya.
"Oke aku ngikut aja deh."
Jawabanku masih sama dengan sebelumnya. Dan juga ada perkataan vina yang
membuatku penasaran. Barusan dia menyebutkan "kakak". Berarti
asumsiku tentang perktaaan om ivan tadi salah. Kalau begitu sebenarnya mereka
adalah 3 berdaudara. Aku sebenarnya penasaran, tapi radak kurang etis jika aku
tanya tentang detail seluk beluk keluarganya, sedangkan aku masih orang awam
bagi dia dan keluarganya.
Sudah jam 7.00 kami memutuskam untuk
mencukupkam jogging kami dan pergi ke pedagang kaki lima itu. Benar kata vina,
jaraknya tidak begitu jauh dari perumahan, mungkin kurang lebih Cuma 400 m.
Tempatnya cukup luas bagi standar pedagang kaki Lima, tapi karena saking
ramenya jadi terlihat sempit. Untungnya masih ada tempat bagi kami berdua untuk
makan. setelah kami memesan, tidak butuh waktu lama bagi pesanan kami untuk
datang. Mungkin salah satu penyebab ramainya tempat ini karena pelayanan yang
cepat. Kami pun makan.
"Gimana, fan? Enak?"tanya vina.
"Uhmm....gimana ya? menurut gw sih
lumayan," jawabku.
"Emang ada yang lebih enak dari ini di
jogja?"tanya vina dengan penasaran
"Ada kok, tapi ya tidak banyak lagi.
Soalnya kan sekarang kebanyakan bentuk nya rumah makan, cafe, atau
restauran,"jelasku.
"Kapan-kapan kalau gw ke jogja,
temenin gw makan disana, ya,"ucap vina sambil tersenyum.
"Oke,"jawabku singkat sambil
tersenyum balik.
Setelah itu kami melanjutkan makan kami
sambil ngobrol dan bertukar cerita.
"Btw, gw masih belum tahu kenapa kok
lu milih sekolah disini? Padahal di jogja kan malah lebih banyak yang bagus
daripada di sini,"tanyanya.
"Memang bener sih.” aku menyetujui
pernyataan vina. “Tapi gw ngejar sma yang berprestasi di bidang karate, dan itu
di jogja gak ada. Makanya gw milih sekolah di sini, di SMA del&pan bandung. karena
SMA del&pan bandung ternasuk salah satu dari sekolah terbaik di bidang karate,"
jawabku.
"Ooo...iya, ya” ucapnya sambil melirik
keatas seperti orang yang sedang mengigat sesuatu. “Gw baru inget, kalau anak
cowok ekskul karate di kelas gw, selalu ngomongin SMA del&pan bandung. Ternyata itu
toh alasannya,” ucap vina
Setelah selesai makan, kamipun pulang. Dan
sisa hari itu kuhabiskan untuk merapikan barang-barangku lebih lanjut.
---
.....Lanjut di Chapter 2 <Bunyi bel MOS sudah seperti tiupan sangkala menuju penghakiman bagi kami semua, seluruh kelas 1. Tidak perlu dijelaskan lagi, ini akan benar-benar menjadi hari yang akan penuh dengan“pembulian” terhadap kami. Tidak butuh waktu lama bagi ketua osis untuk menyelesaikan sambutannya, seakan-akan dia ingin segera membuka pintu gerbang neraka ini. "Selamat datang di acara pembulian" itulah yang dikatakan oleh tatapan para kakak kelas.>
Sekian halaman Chapter 1 Tinggal Seatap dengan Guru Perempuanku. kami harap bisa memberi cerita yang sesuai dengan keinginan pembaca.
Hard Rock Hotel & Casino Las Vegas - MapYRO
ReplyDeleteRealtime driving directions to Hard Rock Hotel & 대전광역 출장안마 Casino 제주 출장샵 Las Vegas, 89109 West Flamingo Road, 경산 출장샵 Las Vegas, based on live traffic updates 나주 출장마사지 and 강원도 출장샵 road conditions – from