Chapter 4 Tinggal Seatap dengan Guru Perempuanku
Pada moment ini akawebkun akan mempersembahkan Chapter 4 Tinggal Seatap dengan Guru Perempuanku
saran artikel : mau membaca chapter sebelumnya. silahkan di klik
---
Cuplikan chapter 4 <Mati aku, jika aku salah masuk ke kamar vina! Apalagi ditengah malam seperti ini! Pintu kamar itu terbuka secara perlahan, dan mataku langsung ter- auto fokus melihat ke arah kasur.....Aku benar-benar membisukan suaraku...aku tidak ingin ada siapapun yang bangun...>
~ Tenang aja, ada dibawah kok lanjutannya :) ~
***
Parah! Sumpah parah! Bisa-bisa aku jadi mainan para osis selama MOS kedepan ini, bahkan bisa-bisa aku dilaporkan ke BK karena telah melakukan perbuatan curang. mati aku! Mati aku! Mati aku! kemana si b&ngs&t Bram itu kok gak muncul-muncul?!!
Kami sekarang berjalan di lorong kelas 2, mungkin sekitar 20 langkah lagi kami sudah berada di depan kelas kami. Ini adalah lorong kelas 2, jadi wajar banyak kakak kelas yang melihat kami. ada yang hanya sekedar duduk-duduk di depan kelas mereka, ada yang tertawa, bercanda, dan ada juga yang bermain handphone. Dan kulihat, kak Naufal dan 2 kakak kelas yang tadi di tangga sedang bermain gitar di bangku depan kelas yang akan kulewati. Aku dan rombongan kelasku terus berjalan, dan sekarang kak Naufal sudah tepat berada di sampingku. Aku menoleh kepadanya untuk memberi kode “kapan buku itu akan ditukar?”.
Dan kak Naufal melakukan hal yang sama juga. dia menganggukkan kepalanya padaku, seakan-akan mengatakan "santai bro" padaku. Aku hanya bisa menganggukan kepalaku dengan pelan untuk menjawabnya, karena aku tidak punya pilihan lain selain percaya pada mereka semua.
Setelah itu barisan belakangku tiba-tiba mendadak ricuh. "Permisi...permisi.... maaf lewat sebentar,"ucap seorang laki-laki yang datang dari arah belakang barisanku sambil membawa buku setinggi kepalanya.
Kami para kelas 1 langsung memberi jalan. tetapi....–Bruaaak....dia menabrakku dan beberapa siswa lainnya hingga membuat kami terjatuh dan bukunya pun juga berantakan di lantai. Hah? Kok nabrak? Bukannya sudah kuberi jalan yang cukup luas? Ataukah dia memang segaja menabrakku?
Kak Naufal dan 2 kakak kelas yang tadi bermain gitar menghampiri kakak yang memegang buku itu. "Lu kalau bawak buku jangan banyak-banyak lah, dim,"ucap kak Naufal sambil membantu merapikan buku-buku yang berantakan tersebut.
Dan tiba-tiba saja, –Sreeeet......buku cadangan yang kupegang terlepas dari tanganku dengan cepat sekali. Buku tersebut diambil dengan sembunyi-sembunyi oleh kakak kelas yang tadi menabrakku, lalu dia menukarnya dengan bukuku yang asli. Lalu Buku cadangan itu, dia geser dengan cepat ke kak Naufal, tanpa ada siapapun yang sadar. Sedangkan 2 kakak kelas lainnya mengalihkan perhatian OSIS dan kelas 1 lainnya dengan mengajak mereka bicara sambil tetap membantu merapikan buku. Seketika aku baru sadar bahwa ini adalah drama “mereka”. Makanya kak Naufal memberi kode “santai bro” padaku, Karena mereka sudah menyiapkan rencana ini.
""Untung aja ada celah” itu pesan Bram sambil dia tertawa lepas,"bisik kakak kelas yang tadi menabrakku. Mendengar hal tersebut, membuatku menyadari bahwa kakak ini adalah salah satu temennya Bram juga. Dia tadi tidak ada di tangga, makanya aku tidak bisa langsung menyadari bahwa tabrakan ini adalah rencana yang “mereka” buat. Jika aku disuruh menebak siapa kakak kelas ini, mungkin dia adalah orang yang melakukan video call dari lantai 3.
Jujur aku masih panik dan emosi gara-gara si b&ngs&t Bram itu, yg tidak segera menukar bukuku. Dan ditambah mendengar pesan konyol dari si b&ngs&t itu, membuatku emosi semakin menjadi-jadi. “Bilang padanya, “b&ngs&t &nj&ng!!! Untung berhasil! Kalau gak berhasil gw yang bakal di bawa ke BK, b&ngs&t!"” Bisikku dengan emosi pada kakak kelas itu.
Melihatku yang emosi membuat kakak itu tertawa kecil. “jantung gw juga mau pecah gara-gara rencana konyol si b&ngs&t itu! Tenang aja, nanti gw sampein, bro. Soalnya gw juga emosi,"bisiknya dengan tertawa sambil terus merapikan bukunya. Setelah semua buku itu rapi, kakak kelas tersebut meminta maaf karena telah menabrak kami, setelah itu dia langsung pergi. Rencana penukaran buku, berhasil dilakukan dengan sukses total meski berbeda dari rencana awal. Aku sekarang sudah bisa bernafas lega, seakan-akan beban semua beban MOS ku telah hilang.
Tidak butuh waktu lama, sekarang aku sudah berada di depan kelasku. OSIS mulai melakukan pengecekan terhadap buku MOS kami apakah sudah memenuhi jumlah minimum tanda tangan atau belum. siapapun yang belum memenuhi persayaratan akan dibawa kembali kelapangan untuk melakukan hukuman yang aku sendiri tidak tahu. satu persatu siswa di cek, dan akhirnya giliranku telah tiba. Bukuku di cek dengan sangat detail sekali. sekitar 3 menit buku ku di bolak balik kesana kemari, aku pun diizinkan untuk masuk ke kelas, karena telah memenuhi persyaratan dan tidak ada kejanggalan sedikit pun di bukuku.
"Wuuiiih, sumpah gw pikir lu gak bakal lolos. Soalnya dari tadi wajah lu panik banget," ucap adel yang sudah duduk disebelah ku duluan. Rupanya dia juga berhasil untuk memenuhi jumlah minimum tanda tangan.
Aku melihat sekelilingku, dan ternyata hampir setengah siswa di kelasku yang tidak berhasil lolos. Aku langsung menengok keluar, dan melihat banyak sekali siswa dari kelas lain yang tidak lolos juga. Aku menghela nafas lega, dan bersyukur karena aku berhasil lolos. Untung aja rencana si b&ngs&t itu berhasil. Kalau rencananya gagal , aku sekarang pasti sudah panas-panasan dilapangan sambil lakuin hukuman konyol dari OSIS. Bahkan malah bisa lebih buruk lagi, bisa-bisa aku langsung dibawa ke BK. Anj&&&r! bayangin resiko rencana ini aja membuat bulu kudukku merinding.
***
Sangkakala telah berbunyi dan waktunya bagi pintu neraka ini untuk terbuka yang ketiga kalinya. aku langsung menuju ke kantin, dan benar sesuai dugaanku bahwa Bram dan para kakak kelas yang tadi menolongku berada di sana.
“Wuuiih ini dia,"ujar kak rizal sambil melihatku. Aku tersenyum untuk membalas perkataannya. lalu aku diajak duduk bersama. setelah itu kami membahas kejadian tadi sambil tertawa dengan lepas. Entah kenapa meski aku baru mengenal mereka, tapi aku bisa langsung akrab dengan mereka semua. Mungkin itu gara-gara sifat mereka semua yang mirip Bram. Dan dari semua percakapan itu, ternyata benar dugaanku bahwa yang tadi menabrakku saat di lorong kelas 2 adalah kakak yang melakukan video call dari lantai 3, namanya adalah kak dimas. Mungkin alasan kenapa dia yang dipilih untuk melakukan sandiwara menabrakku, Karena dia tidak ada dalam sandiwara kami yang sebelumnya. sehingga itu membuat OSIS tidak akan mencurigainya.
"Ooo iya, tadi yang ngadepin ketua osis memang cuma kak rizal aja?" Tanyaku penasaran.
"He'em, dia mah udah kayak pawang penjinaknya si ketua osis b&ngs&t,"sahut kak dimas sambil tertawa.
"Noh betul, daripada lu jadi pawang penjinaknya terus. Mending lu buruan jadian sono, nj&ng! Dia kan udah nembak lu berkali-kali," sahut Bram kali ini.
"M&t& lu &nj&ng! yang ada bisa-bisa gw dimarahin terus kalau pacaran sama dia!" balas kak Rizal dengan jengkel. Dari situ aku baru tahu kenapa mereka semua tadi bisa lolos dengan mudah dari ketua OSISS.
Handphoneku tiba-tiba berbunyi, aku melihatnya dan ternyata Vina yang menelpon. Aku baru ingat, kalau aku dan dia kan pulangnya bareng. Aku langsung mengangkatnya. "Eh Vin, sorry gw lupa. Ini mau kedepan sekarang,"ucapku dengan cepat.
"Emang lu sekarang di mana?"tanya Vina penasaran.
"Gw ada di kantin. Tapi ini sudah otw ke depan kok,"jawabku buru-buru sambil berdiri dari kursi kantin.
"Kantin?" tanya Vina yang kali ini dengan nada tidak percaya.
"Iya, emang kenapa?"tanyaku balik dengan kebingungan.
"Eeeh Fan, lu jangan pergi dulu, ya. Gw juga mau ke situ," ucap Vina dengan cepat. Dan dia langsung mematikan handphonenya tanpa mendengar balasanku terlebih dahulu. Aku pun terpaksa duduk kembali untuk menunggu Vina. Emang dia mau ngapain ya ke kantin?
"Siapa, njing? Kayaknya cewek ya?"tanya Bram dengan slengekan.
"Kepo lu!"balasku singkat.
"Wuiiih lu baru aja datang ke Bandung, tapi udah langsung punya cewek, njing! Hebat bener lu! Gw salut-gw salut," ucap Bram sambil merangkulku dan tertawa. Aku sengaja tidak membalas perkatannya, karena dia pasti akan menyangkal balik apapun yang kukatakan.
Tidak lama kemudian, Vina sudah berada di depan pintu masuk kantin. Aku segera berpamitan pada kakak-kakak kelas ini, sekaligus mau ngucapin terima kasih karena sudah membantuku. "Sorry sebelumnya. jujur, gw belum hafal dengan nama kakak-kakak semua, jadi gw bingung mau manggilnya apa,”ucapku sambil melihat semua kakak kelas yang tadi membantuku,”Disini gw mau minta maaf karena sudah ngerepotin kalian, dan sekaligus ngucapin terimakasih karena sudah nolong gw waktu MOS tadi,"aku sedikit menundukkan kepalaku.
–Baaak....kak Naufal langsung memukul punggungku sambil tertawa, dilanjutkan dengan si Bram yang merangkul leherku. "&nj&ng! ngakak c&k, denger lu ngucapin kata-kata sopan kek gitu. Jijik gw dengernya, &nj&ng!" Ucap Bram sambil tertawa. Lalu diikuti Kakak-kakak kelas lainnya yang mengangguk-anggukan kepala mereka sambil tertawa untuk menyetujui perkataan Bram.
"Santai aja, Nj&ng! Sahabat memang gunanya untuk di repotin, bukan,"lanjut Bram sambil tersenyum dan tertawa.
"Denger tuh kata Bram,"sahut kak rizal tersenyum sambil menatapku,“Sahabat itu gak usah sungkan-sungkanan untuk saling ngerepotin.” Begitu juga dengan kakak kelas lainnya yang menjawab dengan jawaban yang hampir sama.
Aku tersenyum mendengar semua jawaban mereka. mereka benar-benar orang yang baik. Harusnya dari awal aku sadar mereka akan menjawab seperti itu, karena sifat mereka mirip dengan Bram. “Ya meski begitu, tapi gw tetep harus ngucapin terimakasih. Soalnya gw sungkan, baru aja ketemu tapi udah ngerepotin banyak orang,"lanjutku.
"kalau lu masih sungkan. traktir kita lah c&k, anggap aja sebagai bayaranya,"sahut Bram dengan tertawa. Lalu kakak kelas lainnya mengiyakan perkataan Bram sambil tertawa juga.
"Santaian...gw borong nih kantin semua, sekalian mb&k-mb&k kantinnya juga," balasku sambil tertawa. Kamipun tertawa lepas, layaknya seperti teman yang udah kenal lama.
“Oh ya kalau lu butuh bantuan ngomong aja, pasti bakal kita bantu,” ucap Bram sambil tersenyum.
“nj&&rr, itu mah modus lu nj&ng! biar gw traktir lu terus, kan”balasku sambil tertawa. Bram hanya tertawa untuk membalas perkataanku. “.........Btw thanks ya,”lanjutku sambil tersenyum
“Yoook,”sahut Bram singkat sambil tersenyum juga.
"Bro, kayaknya tu cewek ngeliatin lu dari tadi," ujar kak Naufal padaku sambil menatap seorang perempuan yang menatapku dari jarak 3 meja makan dari sini.
Waduh aku gak sadar, udah ngobrol terlalu lama. Moga aja dia gak nunggu kelamaan. "Ooo...iya itu temen gw. Yaudah gw cabut dulu, sekali lagi thanks buat yang tadi," ucapku singkat.
"Temen apa temen tuh?"ucap mereka semua memancing-mancingku sambil tertawa.
"Buruan PJ! Gak usah ditutup-tupin c&k!" Sahut Bram sambil tertawa.
***
Chapter 4 Tinggal Seatap dengan Guru Perempuanku adalah salah satu dari rentetan chapter web novel ini.
***
Aku sengaja tidak menggubris candaan mereka dan langsung menyusul Vina. Alasannya sama seperti tadi, mereka pasti akan menyangkal balik apapun yang kukatakan. Lagipula aku dan Vina juga tidak ada hubungan spesial apa-apa.
"Vin,"panggilku.
"Ehem!” sudah gak perlu dijelaskan lagi, dia ngambek gara-gara nunggu aku kelamaan. "Ada ya cewek yang malah nunggu cowok!"ucap Vina dengan sedikit kesal.
"Sorry-sorry, Soalnya tadi gw masih pamit dulu ke kakak kelas, takutnya nanti gak sopan," ucapku sambil memasang wajah bersalah.
“untung gw gak lumutan gara-gara nunggu lu,” balasnya sambil sedikit bercanda. Moodnya sudah sedikit lebih baik daripada sebelumnya. "Btw, Lu kok cepet banget ya bisa kenal sama kakak kelas?"tanyanya.
“Sebenarnya gw cuma kenal 1 kakak kelas aja,” jawabku sambil melihat bram, “Terus dia ngenalin ke temen-temennya, Makanya gw bisa kenal mereka.”
"Ooo.....,"Vina hanya mengangguk-anggukan kepalanya untuk menjawab perkataanku.
"Oh iya, lu ngapain nyuruh gw nunggu di kantin? Bukannya ayah lu udah didepan? gw gak enak kalau buat ayah lu nunggu, dia kan sibuk sama kerjaannya,"ucapku
"Udah santai aja. Gw udah gomong buat nunggu bentar, kok. Yang penting, ayo buruan temenin gw!"ucap sambil berjalan duluan menuju stan Snack. Dan akupun terpaksa menyusulnya.
“Kayaknya mereka bukan osis ya?” Tanyak Vina sembari terus berjalan.
“Kayaknya sih bukan. Soalnya dari hari pertama MOS sampai tadi, gw gak pernah kelihatan mereka pakai jas OSIS atau lakuin kerjaan OSIS,”jawabku.
“lho, berarti mereka Cuma kakak kelas biasa?” tanya vina lagi.
“Nggak tahu, soalnya gw baru aja kenal mereka. Tapi kalau si Bram, yang duduk paling tengah itu,” jelasku sambil melihat bram,“Dia adalah ketua ekskul karate. Dan dia lah yang kumaksudkan dengan temanku, tadi.”
“Kok bisa kenal? Teman lamamu ta?” Vina terus menerus menyaiku dengan ribuan pertanyaannya, seperti menginterogasiku saja. Tapi aku malah senang, daripada harus diam-diaman, kan malah jadi canggung nanti.
“iya, dia satu ekskul denganku saat SMP. Kebetulan dia juga menjadi ketua ekskul karate waktu di SMP dulu,”jawabku.
“Oooo…..,” Vina sekali lagi hanya mengangguk-anggukkan kepalanya. Tiba-tiba dia menghentikan langkahnya dan menatapku dengan sangat terkejut. “Fan siapa fan tadi?!!” tanyanya terkejut sambil matanya terbuka lebar
“siapa yang mana?”tanyaku kebingungan. Pertanyaannya terlalu tidak jelas, makanya aku jadi binung.
“Nama kakak kelas yang jadi temen lu,”lanjutnya.
“Bram???”jawabku yang masih bingung.
“Beneran?”tanyanya lagi.
Iyalah, Emang aku sebutin siapa lagi kalau bukan bram.“Iya. Emang kenapa sih?”tanyaku balik yang mulai penasaran
“ya gw kaget lah, dia kan terkenal banget!” jawabnya sedikit keras.
“Hah? Terkenal? Gak mungkin,”balasku dengan tidak percaya.
“sumpah?!! Lu beneran nggak tahu?!!”tanya Vina yang lebih tidak percaya dengan jawabanku.
“........”aku menggeleng-gelengkan kepalaku untuk memberikan jawaban “tidak tahu”.
“Sumpah?!! masak lu nggak tahu sih?!!”tanyanya yang masih tidak percaya padaku,“Padahal katanya lu temen SMP nya.”
“Karena gw temen smpnya, makanya gw gak percaya,” jelasku. “Emang dia terkenal karena apa sih?” tanyaku penasaran.
“Dia terkenal karena skandal pengunduran dirinya dari ketua OSIS tanpa ada siapapun yang tahu alasannya, selain dia, pembina OSIS, dan ketua OSIS saat ini. karena hal tersebut, tersebar berbagai versi cerita, tapi tidak ada satupun yang bisa menkonfirmasi mana yang benar. lalu yang kedua, meski dia mengundurkan diri dari jabatan ketua OSIS, tapi dia seperti yang mengendalikan OSIS dari balik layar,” jelasnya.
“........” Aku masih diam dan menunggu kelanjutan dari Vina. Dan Kalau dipikir pikir lagi, bram itu orangnya memang selalu bertindak sesuai yang dia inginkan, tanpa mau terikat oleh apapun, dan siapapun.
“dan yang ketiga, ini yang paling penting. rumornya, siswa-siswa disini lebih menghormati ganknya daripada menghormati OSIS,” jelas Vina antusias,“Tapi itu semua cuma kata kakak kelas gw aja. jadi gw gak tahu kebenarannya.”
“........”Hah? emang beneran ya? setahuku dia gak suka hal beginian. Sumpah aku jadi penasaran ini beneran asli atau bukan. Daripada penasaran, nanti bakal kutanyakan langsung ke orangnya. Tapi aku masih gak tahu kapan, soalnya aku masih sibuk dengan MOS.
“Oh iya, dari tadi gw penasaran,” vina menghentikan langkahnya dan menatap ke bram dan kerumunannya,“kakak-kakak kelas yang ngumpul bareng kak bram, itu ganknya ya?”tanyak Vina.
“Gw kurang tahu,” jawabku jujur.
“Lah?!! lu kan tadi ngumpul bareng mereka,sak gak tahu!” Balas Vina kesal.
Wajarlah dia langsung kesal denganku. Jujur aku yang salah disini. karena dari tadi, dia menjelaskan panjang lebar padaku. Dan saat dia yang tanyak, malah kujawab dengan jawaban singkat. “Soalnya tadi kami Cuma bahas MOS doang, gak bahas masalah kayak ginian. Lagipula aku juga aku baru tahu hal ini, makanya gak kepikiran untuk tanyak. Tapi, Kapan-kapan gw tanyain deh. Kalau udah tahu, nanti bakal gw ceritain,”ucapku. Aku sengaja menambahkan kalimat terakhir, biar dia gak ngambek lagi denganku.
“beneran?!! ”tanyanya balik dengan sangat gembira antusias. Dan sesuai harapanku, moodnya sudah kembali ceria lagi.
“iyaaa, tapi gw gak janji bakal cepet, lho. Soalnya sekarang kan masih sibuk mos. Palingan kalau udah selesai MOS, baru gw tanyain,”jelasku untuk mengingatkannya.
“Oke, gw tunggu ya,”ucapnya sambil tersenyum.
Akhirnya kami sampai di stan Snack. Dan mungkin sekitar 3 menit, Vina baru memutuskan untuk membeli yang mana. Dan yang membuatku sempat ingin tertawa, karena melihat ekskpresinya yang mirip anak kecil kebingungan memilih Snack karena terlalu banyak yang ia sukai . "Segitu aja mbak? nggak sekalian diborong semuanya? " ledekku sambil tertawa.
“Ya gak lah!”bantahnya spontan dengan pipinya sedikit memerah karena malu. aku hanya tertawa untuk membalas bantahan palsunya it.
setelah aku mengambil snack yang kuinginkan, lalu aku langsung membayar ke ibu kantinnya,“Ini buk, sekalian sama yang ini,”ucapku sambil melihat kearah Snack yang dipegang Vina.
“Lho? Kok lu yang bayar?!!” tanyak Vina terkejut.
“Udah gak papa, santai aja,”balasku singkat sambil mengabil dompetku.
“mana bisa gw santai! Gw kan jadi ngg–,” ucapan vina terputus.
Aku langsung memutus ucapan Vina. “gw traktir lu, karena lu udah mau jadi tour guide gw waktu jogging dulu. Kalau lu gak nemenin gw, mungkin gw gak akan hafal lingkungan perumahan lu. Dan Bisa-bisa gw tersesat setiap hari,”ucapku sambil tertawa,“hitung-hitung gw balas budi ke elu, vin.” Dan jika aku disuruh menebak, mungkin tadi vina akan mengatakan “ya mana bisa gw santai. Gw kan jadi nggak enak ke lu!”
“lebay!” balas vina sambil tertawa,“santai aja kali. gw waktu itu kebetulan lagi jogging, makanya gw nemenin lu.”
“yaaahhh...harusnya gw gak usah traktir lu dong,” balasku dengan nada menyesal.
“ya gak bisa lah! Kan udah terlanjur!” balas vina ngotot sambil tertawa. Aku pun tertawa karena mendengar jawabannya.
“........by the way, thanks ya,” ucapnya pelan sambil sedikit menunduk kebawah, “Kapan-kapan giliran gw yang traktir lu,” dia tersenyum manis sekali sambil pipinya sedikit memerah.
Aku yakin, aku akan langsung terpesona dengan senyuman manis itu jika aku belum bersama Izel.
***
“Sudah malem, lho. Itu kan masih sempat kamu kerjain besok pagi jam 4-an. Kamu gak mending tidur aja ta? daripada besok bangunnya kesiangan,” tanyaku pada Izel ditepon. Karena aku sekolah di bandung dan dia Jogja, mau tidak mau kami terpaksa harus LDR (Long Distance Relationship).
“Tanggung yang, sedikit lagi selesai kok,” jawab Izel yang sudah menguap berkali-kali.
“ya udah aku temenin ya, biar kamu gak ngantuk,” ucapku sambil duduk kembali ke meja belajarku.
“makasih ya, yang” Balasnya dengan ceria. Suaranya benar-benar lembut dan manis bahkan mendengar suaranya saja sudah membuat hatiku tentram.
Sekarang sudah pukul 11 malam, dan Izel masih mengerjakan tugas untuk MOS besok hari. Sedangkan aku memang sengaja nggak tidur, meski tugas MOS ku untuk besok sudah selesai. karena aku nggak tega ninggalin dia ngerjain tugas sendirian. Setelah tugasnya selesai, aku segera menutup telpon biar dia bisa langsung istirahat.
Sebelum aku tidur, aku ke kamar mandi untuk sikat gigi dulu. Aku menuruni tangga secara perlahan. Keadaan disini benar-benar sunyi sekali. itu memang wajar sih, karena ini sudah jam 12 malam. Setelah sikat gigi, aku kembali ke kamarku sambil sibuk membalas Chat teman SMP di handphone.
Setelah berada di depan kamar, –Sreeet....aku langsung membuka pintu kamarku sambil terus melihat handphoneku. “......!!! hah kok bentuk gagangnya beda?!!” dalam benakku terkejut. Mataku membeku di layar handphoneku, dan tidak berani melihat kedepan. Saat ini aku hanya bisa meraba-raba gagang pintu tersebut, sambil berharap apa yang kupikirkan tidak terjadi.
Mati aku! Mati aku! Jika aku salah masuk ke kamar daffa, aku masih bisa menjelaskan alasanku kenapa bisa salah masuk. Tapi, kalau aku salah masuk ke kamar vina, itu sudah beda lagi cerita! Aku pasti bakal langsung dicap mesum olehnya. Karena siapapun pasti akan berpikir negatif, jika seorang laki-laki masuk ke kamar seorang perempuan ditengah malam seperti ini. jadi percuma saja aku mencoba menjelaskan alasanku.
Dan sekarang yang membuatku lebih jengkel adalah tanganku yang tidak mau berhenti untuk membuka pintu ini lebih lebar lagi, meski sudah kupaksa berhenti berkali-kali. “Emang lu mau ngapain, C&K!!!” teriakku jengkel dalam hati.
Please, instingku tidak bern&fs& untuk melihat vina tidur dengan h&nya memakai p&k&ian t&dur, yang sama sekali t&npa penj&g&an dan tidak b&rd&ya itu, bukan?!! “J&NC&K berhenti, &NJ&NG! Emang lu mau apain si Vina dalam kondisinya yang tidak b&rd&ya seperti itu woi! Ingat lu udah punya Izel, ANJ&NG!!!” aku terus mengingatkan diriku agar berhenti.
Perlahan-lahan kamar itu mulai terlihat jelas, dan mataku langsung ter- auto fokus melihat ke arah kasur tersebut. Aku benar-benar membisukan suaraku...aku tidak ingin ada siapapun yang bangun.... Lebih tepatnya aku tidak ingin ketahuan jika aku telah membuka kamar ini tanpa seizin terlebih dahulu. Karena itu adalah hal yang tidak sopan.
Aku benar-benar terkejut melihat kasur tersebut kosong, sekaligus bernafas lega. Karena hal yang kutakutkan, tidak terjadi. jadi ternyata ini bukan kamar Vina ataupun Daffa. Dan ini juga tidak mungkin kamar tamu, karena barang-barang disini super-super lengkap. Ada meja belajar, buku, laptop, dan berbagai benda lainnya. Lalu ini kamar siapa? aku memperhatikan kamar ini lagi, dan aku melihat foto di dekat kasurnya. Aku segera menghentikan kakiku yang sudah penasaran ingin melihat foto itu. Melihat kamar ini saja, sudah sangat lancang dan tidak sopan apalagi memasukinya tanpa izin.
Dan sekarang yang membuatku lebih jengkel adalah tanganku yang tidak mau berhenti untuk membuka pintu ini lebih lebar lagi, meski sudah kupaksa berhenti berkali-kali. “Emang lu mau ngapain, C&K!!!” teriakku jengkel dalam hati.
Please, instingku tidak bern&fs& untuk melihat vina tidur dengan h&nya memakai p&k&ian t&dur, yang sama sekali t&npa penj&g&an dan tidak b&rd&ya itu, bukan?!! “J&NC&K berhenti, &NJ&NG! Emang lu mau apain si Vina dalam kondisinya yang tidak b&rd&ya seperti itu woi! Ingat lu udah punya Izel, ANJ&NG!!!” aku terus mengingatkan diriku agar berhenti.
Perlahan-lahan kamar itu mulai terlihat jelas, dan mataku langsung ter- auto fokus melihat ke arah kasur tersebut. Aku benar-benar membisukan suaraku...aku tidak ingin ada siapapun yang bangun.... Lebih tepatnya aku tidak ingin ketahuan jika aku telah membuka kamar ini tanpa seizin terlebih dahulu. Karena itu adalah hal yang tidak sopan.
Aku benar-benar terkejut melihat kasur tersebut kosong, sekaligus bernafas lega. Karena hal yang kutakutkan, tidak terjadi. jadi ternyata ini bukan kamar Vina ataupun Daffa. Dan ini juga tidak mungkin kamar tamu, karena barang-barang disini super-super lengkap. Ada meja belajar, buku, laptop, dan berbagai benda lainnya. Lalu ini kamar siapa? aku memperhatikan kamar ini lagi, dan aku melihat foto di dekat kasurnya. Aku segera menghentikan kakiku yang sudah penasaran ingin melihat foto itu. Melihat kamar ini saja, sudah sangat lancang dan tidak sopan apalagi memasukinya tanpa izin.
Aku terdiam beberapa saat, dan tiba-tiba aku mengingat perkataan Om Ivan waktu jogging dulu "Duuhh, kakak adek sama aja. Sama-sama dingin”. Berarti ini adalah kamar kakaknya Vina, dan Daffa ya? dan meski aku sudah tinggal dirumah ini 2 minggu lebih, tapi aku masih tidak tahu wajahnya seperti apa. karena dirumah ini nggak ada foto keluarga yang dipajang bebas.
Dia orang nya seperti apa ya? aku benar-benar penasaran....
.....Lanjut di Chapter 5
.....Lanjut di Chapter 5
Sekian halaman Chapter 4 Tinggal Seatap dengan Guru Perempuanku. kami harap bisa memberi cerita yang sesuai dengan keinginan pembaca.
gan,..ini ceritanya dah tamat yee???
ReplyDelete